Senin, 25 September 2017

Sejarah Reformasi Gereja

Reformasi Gereja
Hasil gambar untuk gambar reformasi gereja

Kata reformasi dalam bahasa Inggris reform, yang berarti memperbaiki atau memperbaharui. Reformation berarti, perubahan ke arah perbaikan sesuatu yang baru. Perubahan ini dapat meliputi segala hal, berupa sistem, mekanisme, aturan, kebijakan, tingkah laku, kebiasaan, cara-cara, atau praktik yang selama ini dinilai tidak baik dan diubah menjadi baik.
Sehingga reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang di dominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa (disebutsurat aflat).
 
Reformasi Gereja Di Jerman
 
Martin Luther (1483-1546) Tokoh Reformasi Gereja Di Jerman
Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman dengan tokoh utamanya Martin Luther. Mengapa terjadi di Jerman? Menurut Burns dan Ralph dalam Suhelmi,Ahmad 2001:149-150. Ada beberapa faktor yakni:
1.      Jerman yang sekitar abad XV-XVI (15M-16M) masih merupakan negara agraris atau negara yang masih terbelakang jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Sektor Industri perdagangan dan manafaktur belum berkembang seperti di Inggris dan Italia. Dan Katolisisme yang konservatif paling kuat ada di Negara ini. Penyembahan terhadap tokoh atau pun benda-benda keramat dianggap kepercayaan yang wajib di yakini. Penjualan surat-surat pengampunan dosa paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara lainnya di Eropa.
2.      Rakyat Jerman pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat adanya kekuasaan gereja Katolisisme. Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikkan tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas. Faktor-faktor tersebut belum berdampak serius untuk munculnya gerakan reformasi, tetapi faktor fundamental yang memicu munculnya gerakan reformasi adalah pada saat itu jerman berada dalam fase transisi ekonomi, dimna jerman sedang berusaha berpindah dari masyarakat Feodal ke masyarakat Ekonomi Frofit (menuju masyarkat kapitalis). Fase transisi ini , sebagaimana di negara-negara lain, merupakan fase kritis dan rawan. Gerakan-gerakan sosial, keagamaan atau pun politik akan mudah terjadi hanya karena dimulai oleh kerusuhan-kerusuhan kecil.
Dalam keadaan seperti itu, munculah sosok Martin Luther yang mempelopori keharusan adanya pembaharuan keagamaan. Ia adalah seorang pastor dan guru besar Universitas Wittenberg di Sachsen Jerman. Pada 1517 Martin Luther mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil yang kemudian ditempel di pintu Greja Wittenberg. Pendapatnya antara lain :
Amal yang baik keluar dari hati yang murni tidak akan diterima Tuhan.
Hanya orang yang percaya kepada Yesus Kristuslah yang dapat di terima Tuhan  
 Tiada orang yang dapat langsung berhubungan dengan Tuhan tanpa perantara Gereja
Tiap orang yang menyesali kesalahannya akan terlepas  dari hukuman sehingga tidak di perlukan adanya surat pengampunan dosa.
Gereja merupakan perkumpulan orang percaya dan Yesus-lah kepalanya sehingga kedudukan Paus selaku pemimpin agama tidak dapat diterimanya.
 Ia mencetuskan gerakan Reformasi Protestan di Jerman dengan melakukan berbagai protes Sosial-Keagamaaan kepada kekuasaan Paus. Melihat berbaga penyimpangan keagaman di Negerinya (Jerman) ia bergerak untuk memprotesnya. Puncaknya ketika Paus menjual susrat-surat pengampunan dosa. Gerakan Reformasi Luther dimulai ketika ia membacakan 99 pernyataan protes terhadap gereja dan lembaga Kepausan yang menjual surat-surat pengampunan dosa itu.
Martin Luther menilai penjualan surat-surat itu bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus. Pembelia surat-surat itu tidak boleh dipaksakan, harus didasarkan atas kesukarelaan. Berbuat kebajikan seperti memberi makan fakir miskin dan meminjamkan uang kepada yang membutuhkan jauh lebih utama dari membeli surat-surat pengampunan dosa. Gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak memberikan pengampunan dosa. Hanya Tuhan, atas dasar kepercayaan dan amal soleh individu, yang berhak memberikan pengampunan dosa. Inilah yang dinamakan Doktrin.
Atas dasar keyakinannya pula Martin Luther menentang Doktrin Sakramen Suci Gereja, Pastor sebagai mediator antara manusia dengan Tuhan, penyembahan benda dan tokoh keramat, karena menimbulkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis. Ia beranggapan bahwa, sakramen hanyalah berguna untuk membantu keimanan tetapi sama sekali bukan alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan. Mitos keajaiban Pastor ditentamgnya karena akan mengakibatkan terjadinya manipulasi dan pembodohan manusia. Menurut Luther, apabila manusia ingin selamat ia harus melakukan perbuatan- perbuatan baik yang dianjurkan tuhan, banyak bertobat  kepada tuhan secara langsung tanpa melalui pelantara Pastor. Keselamatan bisa diraih manusia apabila ia bisa mengenyahkan nafsunya, seperti nafsu serakah, nafsu tamak dan mementingkan diri sendiri. Dalamtulisannya, ON Christian Liberty (Suhelmi, Ahmad 2001:151), Luther menegaskan bila seorang memiliki keimanan pasti ia akan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Doktrin keimanan dan berbuat baik ini merupakan wacana yang telah mendesak realisasi Lembaga Imamat. Doktrin-doktrin Martin Luther ini meruntuhkan mitos-mitos kesucian yang berada dibalik kekuasaan gereja dan lembaga-lembaga imamat. Luther beranggapan ia telah melakukan Debunking atau penelanjangan mitos-mitos sosial dan keagamaan yang melekat pada individu atau lembaga, sehingga nampak sosoknya yang asli.
 
 
 
Reformasi gereja di Inggris
Latar Belakang terjadinya Reformasi di Inggris antara lain :
Eksistensi kaum Lollards (pengikut John Wycliffe) yang tidak pernah habis dan terus-menerus menekankan otoritas Alkitab dan relasi pribadi dengan Kristus. Mereka menjadi para pengkhotbah awam yang sangat berpengaruh di masyarakat biasa.
Munculnya semangat kebangsaan di bawah pemerintahan keluarga Tudor yang memerintah Inggris tahun 1485-1603.
Munculnya kalangan menengah ke atas yang menolak dominasi Roma dengan pertimbangan ekonomi. Mereka merasa mendapat jaminan keamanan yang sangat penting bagi bisnis mereka. Mereka juga memiliki kesamaan pendirian dengan keluarga Tudor tentang tanah yang dimiliki oleh paus, pajak kepada kepausan, dan pengadilan gereja. Keduanya sama-sama menolak hal-hal ini.
Pengaruh dari kaum intelektual yang termasuk biblikal-humanis. Mereka mempelajari Alkitab dari bahasa asli (dari edisi Erasmus) dan akhirnya menemukan berbagai penyimpangan dalam gereja. William Tyndale dan Miles Coverdale menyediakan terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris (PB oleh Tyndale tahun 1525; PL & PB oleh Coverdale tahun 1535).
Pengaruh tulisan-tulisan Luther yang sudah tersebar di Inggris, terutama tulisannya tentang Babylonian Captivity (pemindahan pusat kepausan dari Roma ke Avignon). Berbagai tulisan ini membawa pengaruh penting bagi Tyndale dan Thomas Cranmer (salah satu tokoh penting reformasi Anglikan).
Kepentingan politik-pribadi dari Raja Henry VIII. Faktor inilah yang menjadi penyebab langsung dari reformasi di Inggris.
 
 
 
Tokoh-tokoh Pelopor Timbulnya Reformasi di Inggris
Ø  John Wycliff
John Wycliff adalah salah satu ahli filsafat yang terkemuka pada zamannya. Dia mengajarkan bahwa gereja yang benar adalah gereja yang rohani dan tak kelihatan, dan hanya beranggotakan orang-orang yang diselamatkan. Dia berpendapat bahwa gereja yang tampak, yang diperintah oleh Paus-paus dan bishop-bishop tidak dapat menjadi gereja yang benar. 
John Wiclyff Dia juga mengajarkan bahwa Kristus hidup dalam kemiskinan, dan gereja adalah tubuh rohani semata-mata tanpa kekayaan. Dia berpendapat bahwa otoritas dalam gereja harus didasarkan pada Alkitab, dan bahwa semua ajaran dan perbuatan gereja seharusnya diuji berdasarkan Alkitab. Oleh karena itu dia ingin agar setiap orang dapat membacanya. Wyclif juga menentang ajaran transubstansiasi. Dia juga orang pertama yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, tetapi pada tahun 1407 semua versi Alkitab dalam bahasa Inggris dilarang.
 Setelah kematiannya pada tahun 1384, pengikutnya, dikenal sebagai Lollards (istilah yang berarti orang yang suka beromong kosong), terus membaca tulisannya, tetapi mereka, pada umumnya, dianiaya, dan tidak dapat mengembangkan ajaran lebih lanjut.
 
Ø  Thomas Cranmer
Merupakan tokoh pendeta yang berperan dalam jalannya reformasi di Inggris. (lahir di Aslockton, Nottinghamshire, Inggris, 2 Juli 1489 – meninggal di Oxford, Inggris, 21 Maret 1556 pada umur 66 tahun) adalah seorang tokoh reformasi gereja dari Inggris. Ia belajar di Jesus College, Cambridge, dan menjadi salah satu pemimpin di sana pada tahun 1511.
Cranmer kemudian menjadi orang kepercayaan Raja Henry VIII sehingga dapat melaksanakan pembaruan di dalam gereja Inggris, walaupun mendapat tantangan dari kaum pembela Gereja Katolik. Beberapa usaha Cranmer yang berhasil adalah penerbitan Alkitab dalam bahasa Inggris, serta penempatan Alkitab tersebut di setiap gereja wilayah, dan juga penerbitan "Sepuluh Pasal" pada tahun 1536 yang cenderung mirip dengan posisi Luther. Karya Cranmer lainnya yang terkenal adalah "Buku Doa Umum" yang diterbitkan pada tahun 1549. Cranmer meninggal karena dihukum mati dengan cara dibakar pada tahun 1556.
2.3.3 Bentuk-bentuk Reformasi Inggris
Ø  Reformasi Bidang Keagamaan (Anglikanisme)
Pengertian Reformasi Gereja Anglikan
 
Sebutan “Anglikan” berasal dari frase Latin Pertengahan (abad ke-13) ecclesia anglicana, yang berarti “gereja Inggris”. Jadi, kata “anglikan” berarti “Inggris”. Sekalipun dari arti nama dan pusat kegerejaan memang sangat berhubungan dengan daerah Inggris, tetapi gereja Anglikan ada di berbagai daerah lain.
Gereja Inggris menganggap dirinya sebagai bagian dari reformasi tetapi juga bersifat katolik, meskipun tidak sama dengan Gereja Katolik Roma. Reformasi dalam arti bahwa Gereja ini banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Reformasi Protestan, dan menolak kewibawaan Paus. Katolik dalam arti bahwa Gereja ini memandang dirinya sebagai bagian dari 'garis yang sinambung dan tidak terputus dari "Gereja universal" yang mula-mula didirikan oleh para murid Yesus serta dari abad pertengahan, dan bukan merupakan suatu 'bentukan yang baru'. Dalam praktiknya, Gereja Anglikan bersifat campuran. Beberapa jemaatnya beribadah lebih mirip dengan Gereja Katolik Roma dibandingkan dengan kebanyakan Gereja Protestan. Namun di pihak lain, berbagai bentuk ibadah yang digunakan di sejumlah Gereja Anglikan lainnya sulit dibedakan dari Gereja-gereja Injil yang muncul dari Gerakan Reformasi.
Ø  Reformasi di bidang Politik
  Reformasi di Inggris sangat berhubungan dengan masalah politik. Kalau di negara lain para penguasa politik sekedar membantu reformasi, tetapi di Inggris peranan mereka lebih besar. Merekalah yang langsung terlibat dalam pemisahan relasi yang tegas dengan Gereja Katholik Roma. Situasi reformasi pun sangat dipengaruhi oleh sikap para penguasa terhadap gerakan tersebut. Jika pemimpin politik yang berkuasa mendukung reformasi maka gerakan ini pun akan berkembang. Sebaliknya jika seorang pemimpin politik tidak menyetujui gerakan ini maka akan ada penentangan dan penganiayaan terhadap para pemeluk reformasi. Reformasi ini dicetuskan oleh raja Henry VIII yang menginginkan pemisahan Gereja Inggris dengan Gereja yang ada di Roma namun diduga bahwa pemisahan ini adalah agar Raja Henry VIII dapat memuluskan langkahnya untuk menikahi Anne Boleyn.
            Ditemukan juga fakta bahwa :
Ø  Kekristenan masuk ke kepulauan Inggris pada abad ke-2.
Dalam beberapa konsili gereja kuno abad ke-4, ada perwakilan dari pemimpin gereja di Inggris.
Ø  Santo Patrik (390-461) membawa injil kepada orang-orang Irlandia.
Ø  Pada abad ke-6 terjadi kegerakan rohani di Inggris di bawah Santo Columbia dan Agustinus.
Ø  Selama Masa Kegelapan (sekitar abad ke-7 sampai ke-12) para pemimpin Kristen di Inggris dan Irlandia menyalin Alkitab dan berbagai tulisan bapa gereja sebagai salah satu cara untuk mempertahankan warisan budaya dan keagamaan. Hal dilakukan mengingat pada masa ini banyak terjadi wabah penyakit, kelaparan, kekafiran maupun pemusnahan. Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Anselmus (1033-1109) yang selalu diingat karena pembuktian rasionalnya terhadap eksistensi Allah dan slogannya yang populer “aku percaya supaya aku mengerti”.
Ø  Pada waktu kekristenan di Roma mencoba menjadikan diri sebagai pusat kekristenan, gereja Anglikan terus melancarkan protes. John Wycliffe (1329-1384) dan para pengikutnya (the Lollards) dipandang sebagai representasi dari gereja Anglikan. Jika kita melihat penelusuran historis di atas maka terlihat jelas bahwa kekristenan memang sudah ada di Inggris sebelum reformasi oleh Henry VIII.
 
Ø  Karateristik Gereja Anglikan:
Ø Pengunaan The Book of Common Prayer sebagai pedoman kesalehan hidup dan doktrin.
Ø Pengakuan terhadap The Thirty-nine Articles sebagai penjelasan doktrinal yang mewakili ajaran Anglikan.
Ø Ibadah yang mengikuti kalender gerejawi tahunan, pembacaan Mazmur dan Alkitab, penekanan pada doa dan ibadah yang responsif.
Ø Penekanan pada sakramen, terutama Perjamuan Kudus.
Ø Pengakuan terhadap Bishop/Uskup agung Canterbury sebagai pemimpin rohani.
Ø Keikutsertaan dalam Konferensi Lambeth setiap dekade.
 
v  Reformasi Inggris di bidang politik dipelopori oleh :
1. Henry VIII
 
Henry VIII berkuasa atas Inggris antara tahun 1509 sampai dengan 1547 dan menjadi raja Inggris paling terkenal dan kontroversial sepanjang masa. Salah satu hasrat terbesar dari Henry VIII adalah memiliki pewaris tahta seorang putera.Itulah yang membuatnya menghalalkan segala cara, termasuk dengan menikahi enam wanita yang berbeda. (Dua diantaranya, Anne Boleyn dan Katharine Howard dieksekusi atas perintahnya. Mereka dipenggal dengan tuduhan perzinahan dan incest).
Perceraian Henry dengan istri pertamanya, Katherine dari Aragon, membuatnya bersitegang dengan gereja Katolik yang menentang perceraian,sehingga dimulailah awal baru Kekristenan di Inggris yang terpecah dari agama.Katolik Roma pimpinan Sri Paus hingga saat ini. (Peristiwa ini juga menjadi pemicu perseteruannya dengan Sir Thomas More, yang diadili atas tuduhan pengkhianatan dan akhirnya dihukum mati.). Sementara itu, puteri Henry dengan Anne Boleyn, Elizabeth I, kelak menjadi salah satu pemimpin terbesar dan terlama monarki Inggris.    
Selain Henry VIII berkuasa atas Inggris antara tahun 1509 sampai dengan 1547 dan menjadi raja Inggris paling terkenal dan kontroversial sepanjang masa. Salah satu hasrat terbesar dari Henry VIII adalah memiliki pewaris tahta seorang putera.
      Itulah yang membuatnya menghalalkan segala cara, termasuk dengan menikahi enam wanita yang berbeda.
 
2. Edward VI
Edward menjadi raja pada saat usianya baru 9 tahun. Karena ia masih muda dan sakit-sakitan, ia didampingi oleh pamannya (saudara ibunya) Edward Seymour yang adalah seorang Protestan. Selama pemerintahan ini Edward mengeluarkan beberapa keputusan penting:
1.     Para rohaniwan diijinkan untuk menikah.
2.     The Act of Uniformity (1549) menetapkan untuk mengubah ibadah Latin yang lama dengan yang baru menurut buku Thomas Cranmer, The Book of Common Prayer, yang ditulis dalam bahasa Inggris.
3.  Thomas Cranmer mengeluarkan 42 pernyataan iman yang menjadi dasar gereja Inggris. Pernyataan ini sangat bernuansa Protestan.
3. Ratu Elizabeth I
Elizabeth I (lahir di Greenwich, England, 7 September 1533 – meninggal di Richmond, England, 24 Maret 1603 pada umur 69 tahun) adalah ratu Inggris dan Irlandia sejak 17 November 1558 sampai kematiannya. Pada 1558 saudara tirinya Mary yang beragama Katolik Roma memenjarakan dirinya selama hampir 1 tahun karena diduga membela pemberontakan Protestan.Setelah kematian Maria, ia digantikan oleh Elizabeth, anak Anne Boleyn. Sama seperti ayahnya, ia lebih berorientasi pada politik. Ia juga menyadari perlunya kedamaian antara agama bagi situasi politik, karena itu ia berusaha berdiri di tengah-tengah antara Protestan dan Katholik. Selama pemerintahannya ia menetapkan:
1.Act of Supremacy (1559) yang menjadikan dia sebagai kepala gereja dan negara.                                                                                                                 
2. Act of Uniformity yang kembali menetapkan buku Cranmer sebagai dasar liturgi.
3.42 pernyataan iman Cranmer diubah menjadi 39 pernyataan dan bahasanya diperhalus agar tidak terlalu menyinggung golongan Katholik.
 
Sering dijuluki Virgin Queen (karena tak pernah menikah), Gloriana, Good Queen Bess, dan Faere Queene, Elizabeth I adalah penguasa monarki keenam dan terakhir dari dinasti Tudor. Ibunya Anne Boleyn dieksekusi 3 tahun setelah ia dilahirkan atas tuduhan pengkhianatan terhadap raja.
 

Niat baik Martin Luther, yakni membarui kehidupan beragama seturut Roh Kristus dan Alkitab. Perubahan itu meliputi Doktrin dan struktur gereja. Sebenarnya, gereja Kristus tetap terbuka pada pembaruan, sehingga sejarah mencatat pembaruan-pembaruan yang telah terjadi dalam lintasan sejarah. Akan tetapi segera menjadi jelas, bahwasanya tidak ada pembaruan, sebab-sebab yang mendahului.
Dalam konteks ini dapatkah dikatakan, bahwa Reformasi Protestantisme kemudian mendorong gereja Katolik bereaksi? Lalu, apa salahnya jika gereja Katolik Roma membela diri, mengingat dirinya merasa terancam. Apalagi, pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari Reformasi Protestantisme sebagai gerakan itu sangat luas dan mendalam, justru karena mencakup berbagai bidang dan aspek kehidupan bermasyarakat, seperti misalnya politik, ekonomi, keagamaan, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Konflik antar kelompok dalam Greja Pro Martin Luther dan Kontra Martin Luther, atau Pro Greja yang dipimpin oleh Sri Paus dan Kontra Gereja yang dipimpin Sri Paus, muncul karena masing-masing memiliki kepentingan yang tidak terdamaikan. Berikut ini akan disoroti pembaruan-pembaruan yang terjadi di dalam Gereja Kristus, baik yang secara kronologis mendahulu Reformasi Luther, maupun yang mengiringi bahkan terjadi setelah Gereja Katolik mengekskomunikasikan Luther, juga sebelum Martin Luther akhirnya memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma.
 

            Ada dua istilah yang berbeda, namun keduanya saling berhubungan, yakni Reformasi Katolik dan Kontra Reformasi. Keduanya selain merupakan gerakan dalam gereja, juga merupakan reaksi terhadap Reformasi Luther (atau secara kronologis Reformasi Katolik muncul sesudah Reformasi Protestan). Tetapi juga benar bahwa kedua istilah tersebut mengungkapkan ketegangan yang terjadi di dalam Gereja yang muncul jauh sebelum tahun 1517 M. Berbagai pandangan berkenaan istilah-istilah tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.      Reformasi Katolik tidak dapat dilepaskan dari Reformasi Protestan, Reformasi Katolik semata-mata adalah akibat atau reaksi terhadap Reformasi Protestanisme. Ada sinyalemen yang memperlihatkan, bahwa hingga tahun 1517 M para pendukung pandangan ini tidak melihat usaha pihak Katolik sebagai lembaga untuk melakukan pembaruan dalam hidup menggereja.
2.      Para sejarahwan seperti Ludwig Van Pastor, Imbard de La Tour, Brenda Bolton membantah pandangan tersebut di atas. Mereka menegaskan bahwa di dalam Gereja Katolik ada prakarsa untuk memperbaharui diri. Gerakan pembaruan dalam Gereja Katolik Roma terutama dimotivasi oleh reformasi sekian banyak tarekat religius, selain ditempuh langkah-langkah praktis dan efisien demi menertibkan perilaku kaum rohaniawan, menegakkan disiplin gerejawi, pendidikan keagamaan dan kegiatan missioner.
3.      Sebelum Luther melancarkan gerakannya sudah ada dalam gereja Katolik gerakan yang spontan untuk mengadakan reformasi. Tetapi hasilnya tidak seberapa karena halnya sangat jarang dan terkadang tidak merupakan pembaruan yang serius dan mendalam. Ada kehendak yang sangat kuat untuk melakukan revitalisasi keagamaan dan kelembagaan Gereja, khususnya dalam tata pemerintahan Roma, yang sering kali tidak sadar dengan bahaya yang mengancam, lantaran sudah terlalu lama terjadi politik yang korup. Pusat resistensi terhadap reformasi adalah politik kepausan yang penuh nepotisme.
            Pada pokoknya, masalah Reformasi Katolik dan Kontra Reformasi dapat mengantar kita untuk memahami konteks lain, yakni masalah hubungan antara momentum karismatis dan momentum yuridis yang relatif saling berbenturan. Reformasi Katolik berhubungan dengan momentum karismatis dan yang pada umumnya memperlihatkan spontanitas dan kebugaran, tetapi halnya lebih terbatas. Sebaliknya Kontra Reformasi berkenaan dengan momentum yuridis, dan tampaknya memperlambat hasrat atau dorongan inisial, dan halnya menjamin stabilitas. Dalam arti ini, Reformasi Katolik tampaknya mengalami kekalahan, padahal sedang memperoleh kemenangan.
            Secara Kronologis, Reformasi Katolik berjalan beriringan, tetapi dengan semangat dan jalannya sendiri. Dapat dilihat dalam rincian sebagai berikut:
a.       Persekutuan kaum awam yang bertujuan ganda, yakni melakukan amal kasih kepada fakir miskin dan kebaktian pada sakramen ekaristi. Salah satu persekutuan yang paling menonjol adalah ordo cinta ilahi. Ordo ini tersebar dari kota Genova  sejak akhir abad XV. Ordo ini terdiri dari kaum awam, cardinal dan uskup.
b.      Munculnya ordo-ordo hidup bakti yang baru. Gerakan ini muncul setelah peristiwa 1517, dan sebagian terbesar bercorak Kontra Reformasi. Kendati demikian beberapa lembaga religius merupakan perkembangan logis dari konfraternitas awam: proses lahirnya lembaga-lembaga religius relatif lambat. Izin dari Takhta Suci (Paus) berkenaan dengan berdirinya pun baru muncul di kemudian hari. Sebenarnya banyak diantara lembaga ini yang tidak ada sangkut-pautnya dengan pembaruan keagamaan rintisan Luther. Serikat Yesus sendiri, yang lingkungan sejarahnya menjadi salah satu perisai gerakan Kontra-Reformasi, pada saat berdirinya tidak direncanakan untuk mengganyang Protestanisme, melainkan memenuhi panggilan yang berasal dari Tuhan untuk menyatakan karya Allah dan demi kemuliaan Allah yang semakin besar.
c.       Kelompok humanisme Kristen, yang menyibukkan diri dengan mempelajari Kitab Suci, dan karya-karya Bapa Gereja. Mereka ini juga melakukan peribadatan dengan rasa keagamaan yang mendalam; mempersatukan diri dalam berbagai bentuk devotio moderna.
 
Ø  Reformasi Katolik    
Istilah Reformasi Katolik sering dipakai untuk merujuk revitalisasi dari Katolisisme Roma dalam periode setelah pembukaan Konsili Trente (1545). Dalam karya-karya kesarjanaan yang terlebih dahulu, gerakan ini sering digambarkan sebagai Kontra Reformasi. Sebagaimana dikesankan oleh istilah itu, Gereja Katolik Roma mengembangkan cara-cara untuk memerangi reformasi Protestan dengan maksud membatasi pengaruhnya. Namun semakin jelas juga bahwa gereja Katolik Roma melawan reformasi dengan melakukan pembaruan atas dirinya sendiri untuk menyingkirkan alasan-alasan kritikan dari kaum Protestan. Dalam arti ini, gerakan itu merupakan suatu reformasi dari Gereja Katolik Roma sekaligus reaksi terhadap Reformasi Protestan.
Keprihatinan-keprihatinan yang sama terhadap Reformasi Protestan di Eropa bagian utara  disalurkan ke dalam pembaruan gereja Katolik Roma, khususnya di Spanyol dan Italia. Konsili Trente, bentuk yang paling menonjol dari Reformasi Katolik, menjelaskan pengajaran Katolik atas sejumlah masalah yang membingungkan dan mengintroduksikan lebih banyak lagi pembaruan yang diperlukan dalam hubungan dengan kelakuan dari kaum rohaniawan, disiplin gerejawi, pendidikan keagamaan dan kegiatan pekabaran Injil. Gerakan pembaruan dalam Gereja Katolik Roma terutama sekali dirangsang oleh reformasi dari banyak ordo Keagamaan yang lebih tua dan pendirian ordo-ordo yang baru (seperti Yesuit).
 
 
Ø  Lahirnya Ordo-ordo Baru
Munculnya gerakan Reformasi Katolik juga tidak dapat dilepaskan dari diterimanya Protestanisme oleh segala bangsa. Selain itu ada juga kecenderungan untuk melakukan reformasi secara internal, dikarenakan untuk mengobati kenyataan bahwa selama berabad-abad beberapa wilayah Gereja Katolik tidak memiliki imam dan Uskup yang berpendidikan baik, terlatih dan bermoral. Tanda-tanda awal pembaruan ini adalah munculnya ordo-ordo baru pada tahun 1520-an seperti ordo Capusin, Theatine, Barnabite, dan ordo Yesuit yang didirikan tahun 1534 oleh Ignatius Loyola. Reformasi-reformasi internal yang berkembang pada masa ini mendorong para pelaku reformasi untuk mencari dukungan otoritas kepausan dalam melakukan pembaruan kedisiplinan dan kehidupan rohani, yang mencapai keberhasilan pada konsili Trente tahun 1545.
Menjelang permulaan tahun 1500-an, jelas terlihat kalau beberapa aspek kehidupan Gereja dan lebih khusus lagi otoritas kepausan nyaris kehilangan kesalehan, kedisiplinan dan keteraturan. Gereja sungguh-sungguh perlu membersihkan diri dari berbagai bentuk korupsi selama abad pertengahan. Disamping itu kedekatan Gereja dengan otoritas kerajaan di banyak Negara Katolik menunjukkan bahwa kecil kemungkinan bagi Gereja untuk melakukan perubahan-perubahan konstruktif yang dapat membahayakan kepentingan otoritas-otoritas kerajaan. Oleh karena itu, upaya-upaya pertama dalam reformasi Gereja dilakukan oleh para anggota Gereja secara individual seperti yang dilakukan oleh uskup Agung Milan, yaitu Carolus Borromeus dan oleh berbagai ordo.
Tahun 1524, St. Gaetano dari Thiene dan Gian Pietro Caraffa (yang kemudian menjadi Paus Paulus IV) mendirikan ordo Thiatine di Roma. Nama ordo tersebut diambil dari nama Uskup Theate dan tujuan ordo tersebut adalah membenahi dan memberikan suntikan dan semangat baru bagi pada klerus. Anggota ordo ini menaati sumpah hidup miskin dan sejumlah peraturan yang ketat. Ordo tersebut berkembang pesat ke wilayah Italia, Spanyol, Prancis dan Portugal. Ordo Theatine juga menjalankan misi-misi awal kepausan ke beberapa wilayah di Indonesia.
Pada waktu yang hampir sama, ordo Barnabite didirikan untuk mengembangkan pendidikan, paroki dan karya misionaris. Ordo ini juga berupaya untuk memperdalam pemahaman ajaran Gereja Katolik mengenai misteri Ekaristi, sakramen yang sering diserang berbagai kritikan sejak awal Reformasi Protestan. Dengan demikian, Reformasi Gereja Katolik ditandai dengan devosi yang luar biasa terhadap ekaristi atau perjamuan Tuhan, sehingga tabernakel yang menyimbolkan Tubuh Tuhan menjadi pokok-pokok gereja Katolik.
       Ignatius Dari Loyola (1491- 1556) merupakan salah satu tokoh yang terkenal di bidang gerakan pembaruan katolik. Ignatius merupakan tentara Spanyol dibawah Raja Ferdinand. tdihantam peluru meriam sehingga harus mengakhiri karir militernya. Dalam proses penyembuhannya, ia menyempatkan dirinya untuk membaca sebuah buku tentang kehidupan Kristus, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi tentara Kristus. Diapun masuk ke biara di Manresa dan menyusun sebuah buku tentang latihan kehidupan rohani.
            Lalu dalam selang beberapa tahun, ia mendirikan perkumpulkan yang disebut Societa Jesu (Serikat Yesus) dari kumpulan ini akhirnya lahirlah ordo Jesuit. Salah satu anggota dari perkumpulan ini adalah Fransiskus Xaverius. Kelompok ini menekankan ketaatan kepada pemimpin dan paus, disiplin, efisiensi kerja, pendidikan, dan persiapan untuk masuk ke dalam pelayanan. Karena gerakan-gerakan inilah kelompok ini menjadi pemimpin dalam gerakan pembaruan katolik
 
 
Kesimpulan
      reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang di dominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa.
      Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman dengan tokoh utamanyaMartin Luther. Mengapa terjadi di Jerman Martin Luther yang mempelopori keharusan adanya pembaharuan keagamaan. Ia adalah seorang pastor dan guru besar Universitas Wittenberg di Sachsen Jerman. Pada 1517 Martin Luther mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil yang kemudian ditempel di pintu Greja Wittenberg.
      Eksistensi kaum Lollards (pengikut John Wycliffe) yang tidak pernah habis dan terus-menerus menekankan otoritas Alkitab dan relasi pribadi dengan Kristus. Mereka menjadi para pengkhotbah awam yang sangat berpengaruh di masyarakat biasa. Tokoh-tokoh Pelopor Timbulnya Reformasi di Inggris. John Wycliff, Thomas Cranmer, Bentuk-bentuk Reformasi Inggris Reformasi Bidang Keagamaan (Anglikanisme), Reformasi di bidang Politik,

0 komentar:

Posting Komentar