Senin, 25 September 2017

Sejarah Reformasi Gereja

Reformasi Gereja
Hasil gambar untuk gambar reformasi gereja

Kata reformasi dalam bahasa Inggris reform, yang berarti memperbaiki atau memperbaharui. Reformation berarti, perubahan ke arah perbaikan sesuatu yang baru. Perubahan ini dapat meliputi segala hal, berupa sistem, mekanisme, aturan, kebijakan, tingkah laku, kebiasaan, cara-cara, atau praktik yang selama ini dinilai tidak baik dan diubah menjadi baik.
Sehingga reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang di dominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa (disebutsurat aflat).
 
Reformasi Gereja Di Jerman
 
Martin Luther (1483-1546) Tokoh Reformasi Gereja Di Jerman
Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman dengan tokoh utamanya Martin Luther. Mengapa terjadi di Jerman? Menurut Burns dan Ralph dalam Suhelmi,Ahmad 2001:149-150. Ada beberapa faktor yakni:
1.      Jerman yang sekitar abad XV-XVI (15M-16M) masih merupakan negara agraris atau negara yang masih terbelakang jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Sektor Industri perdagangan dan manafaktur belum berkembang seperti di Inggris dan Italia. Dan Katolisisme yang konservatif paling kuat ada di Negara ini. Penyembahan terhadap tokoh atau pun benda-benda keramat dianggap kepercayaan yang wajib di yakini. Penjualan surat-surat pengampunan dosa paling banyak dijual di Jerman melebihi negara-negara lainnya di Eropa.
2.      Rakyat Jerman pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat adanya kekuasaan gereja Katolisisme. Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikkan tanah yang dipersulit oleh pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil oleh pihak geraja tanpa alasan yang jelas. Faktor-faktor tersebut belum berdampak serius untuk munculnya gerakan reformasi, tetapi faktor fundamental yang memicu munculnya gerakan reformasi adalah pada saat itu jerman berada dalam fase transisi ekonomi, dimna jerman sedang berusaha berpindah dari masyarakat Feodal ke masyarakat Ekonomi Frofit (menuju masyarkat kapitalis). Fase transisi ini , sebagaimana di negara-negara lain, merupakan fase kritis dan rawan. Gerakan-gerakan sosial, keagamaan atau pun politik akan mudah terjadi hanya karena dimulai oleh kerusuhan-kerusuhan kecil.
Dalam keadaan seperti itu, munculah sosok Martin Luther yang mempelopori keharusan adanya pembaharuan keagamaan. Ia adalah seorang pastor dan guru besar Universitas Wittenberg di Sachsen Jerman. Pada 1517 Martin Luther mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil yang kemudian ditempel di pintu Greja Wittenberg. Pendapatnya antara lain :
Amal yang baik keluar dari hati yang murni tidak akan diterima Tuhan.
Hanya orang yang percaya kepada Yesus Kristuslah yang dapat di terima Tuhan  
 Tiada orang yang dapat langsung berhubungan dengan Tuhan tanpa perantara Gereja
Tiap orang yang menyesali kesalahannya akan terlepas  dari hukuman sehingga tidak di perlukan adanya surat pengampunan dosa.
Gereja merupakan perkumpulan orang percaya dan Yesus-lah kepalanya sehingga kedudukan Paus selaku pemimpin agama tidak dapat diterimanya.
 Ia mencetuskan gerakan Reformasi Protestan di Jerman dengan melakukan berbagai protes Sosial-Keagamaaan kepada kekuasaan Paus. Melihat berbaga penyimpangan keagaman di Negerinya (Jerman) ia bergerak untuk memprotesnya. Puncaknya ketika Paus menjual susrat-surat pengampunan dosa. Gerakan Reformasi Luther dimulai ketika ia membacakan 99 pernyataan protes terhadap gereja dan lembaga Kepausan yang menjual surat-surat pengampunan dosa itu.
Martin Luther menilai penjualan surat-surat itu bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus. Pembelia surat-surat itu tidak boleh dipaksakan, harus didasarkan atas kesukarelaan. Berbuat kebajikan seperti memberi makan fakir miskin dan meminjamkan uang kepada yang membutuhkan jauh lebih utama dari membeli surat-surat pengampunan dosa. Gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak memberikan pengampunan dosa. Hanya Tuhan, atas dasar kepercayaan dan amal soleh individu, yang berhak memberikan pengampunan dosa. Inilah yang dinamakan Doktrin.
Atas dasar keyakinannya pula Martin Luther menentang Doktrin Sakramen Suci Gereja, Pastor sebagai mediator antara manusia dengan Tuhan, penyembahan benda dan tokoh keramat, karena menimbulkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis. Ia beranggapan bahwa, sakramen hanyalah berguna untuk membantu keimanan tetapi sama sekali bukan alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan. Mitos keajaiban Pastor ditentamgnya karena akan mengakibatkan terjadinya manipulasi dan pembodohan manusia. Menurut Luther, apabila manusia ingin selamat ia harus melakukan perbuatan- perbuatan baik yang dianjurkan tuhan, banyak bertobat  kepada tuhan secara langsung tanpa melalui pelantara Pastor. Keselamatan bisa diraih manusia apabila ia bisa mengenyahkan nafsunya, seperti nafsu serakah, nafsu tamak dan mementingkan diri sendiri. Dalamtulisannya, ON Christian Liberty (Suhelmi, Ahmad 2001:151), Luther menegaskan bila seorang memiliki keimanan pasti ia akan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Doktrin keimanan dan berbuat baik ini merupakan wacana yang telah mendesak realisasi Lembaga Imamat. Doktrin-doktrin Martin Luther ini meruntuhkan mitos-mitos kesucian yang berada dibalik kekuasaan gereja dan lembaga-lembaga imamat. Luther beranggapan ia telah melakukan Debunking atau penelanjangan mitos-mitos sosial dan keagamaan yang melekat pada individu atau lembaga, sehingga nampak sosoknya yang asli.
 
 
 
Reformasi gereja di Inggris
Latar Belakang terjadinya Reformasi di Inggris antara lain :
Eksistensi kaum Lollards (pengikut John Wycliffe) yang tidak pernah habis dan terus-menerus menekankan otoritas Alkitab dan relasi pribadi dengan Kristus. Mereka menjadi para pengkhotbah awam yang sangat berpengaruh di masyarakat biasa.
Munculnya semangat kebangsaan di bawah pemerintahan keluarga Tudor yang memerintah Inggris tahun 1485-1603.
Munculnya kalangan menengah ke atas yang menolak dominasi Roma dengan pertimbangan ekonomi. Mereka merasa mendapat jaminan keamanan yang sangat penting bagi bisnis mereka. Mereka juga memiliki kesamaan pendirian dengan keluarga Tudor tentang tanah yang dimiliki oleh paus, pajak kepada kepausan, dan pengadilan gereja. Keduanya sama-sama menolak hal-hal ini.
Pengaruh dari kaum intelektual yang termasuk biblikal-humanis. Mereka mempelajari Alkitab dari bahasa asli (dari edisi Erasmus) dan akhirnya menemukan berbagai penyimpangan dalam gereja. William Tyndale dan Miles Coverdale menyediakan terjemahan Alkitab dalam bahasa Inggris (PB oleh Tyndale tahun 1525; PL & PB oleh Coverdale tahun 1535).
Pengaruh tulisan-tulisan Luther yang sudah tersebar di Inggris, terutama tulisannya tentang Babylonian Captivity (pemindahan pusat kepausan dari Roma ke Avignon). Berbagai tulisan ini membawa pengaruh penting bagi Tyndale dan Thomas Cranmer (salah satu tokoh penting reformasi Anglikan).
Kepentingan politik-pribadi dari Raja Henry VIII. Faktor inilah yang menjadi penyebab langsung dari reformasi di Inggris.
 
 
 
Tokoh-tokoh Pelopor Timbulnya Reformasi di Inggris
Ø  John Wycliff
John Wycliff adalah salah satu ahli filsafat yang terkemuka pada zamannya. Dia mengajarkan bahwa gereja yang benar adalah gereja yang rohani dan tak kelihatan, dan hanya beranggotakan orang-orang yang diselamatkan. Dia berpendapat bahwa gereja yang tampak, yang diperintah oleh Paus-paus dan bishop-bishop tidak dapat menjadi gereja yang benar. 
John Wiclyff Dia juga mengajarkan bahwa Kristus hidup dalam kemiskinan, dan gereja adalah tubuh rohani semata-mata tanpa kekayaan. Dia berpendapat bahwa otoritas dalam gereja harus didasarkan pada Alkitab, dan bahwa semua ajaran dan perbuatan gereja seharusnya diuji berdasarkan Alkitab. Oleh karena itu dia ingin agar setiap orang dapat membacanya. Wyclif juga menentang ajaran transubstansiasi. Dia juga orang pertama yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris, tetapi pada tahun 1407 semua versi Alkitab dalam bahasa Inggris dilarang.
 Setelah kematiannya pada tahun 1384, pengikutnya, dikenal sebagai Lollards (istilah yang berarti orang yang suka beromong kosong), terus membaca tulisannya, tetapi mereka, pada umumnya, dianiaya, dan tidak dapat mengembangkan ajaran lebih lanjut.
 
Ø  Thomas Cranmer
Merupakan tokoh pendeta yang berperan dalam jalannya reformasi di Inggris. (lahir di Aslockton, Nottinghamshire, Inggris, 2 Juli 1489 – meninggal di Oxford, Inggris, 21 Maret 1556 pada umur 66 tahun) adalah seorang tokoh reformasi gereja dari Inggris. Ia belajar di Jesus College, Cambridge, dan menjadi salah satu pemimpin di sana pada tahun 1511.
Cranmer kemudian menjadi orang kepercayaan Raja Henry VIII sehingga dapat melaksanakan pembaruan di dalam gereja Inggris, walaupun mendapat tantangan dari kaum pembela Gereja Katolik. Beberapa usaha Cranmer yang berhasil adalah penerbitan Alkitab dalam bahasa Inggris, serta penempatan Alkitab tersebut di setiap gereja wilayah, dan juga penerbitan "Sepuluh Pasal" pada tahun 1536 yang cenderung mirip dengan posisi Luther. Karya Cranmer lainnya yang terkenal adalah "Buku Doa Umum" yang diterbitkan pada tahun 1549. Cranmer meninggal karena dihukum mati dengan cara dibakar pada tahun 1556.
2.3.3 Bentuk-bentuk Reformasi Inggris
Ø  Reformasi Bidang Keagamaan (Anglikanisme)
Pengertian Reformasi Gereja Anglikan
 
Sebutan “Anglikan” berasal dari frase Latin Pertengahan (abad ke-13) ecclesia anglicana, yang berarti “gereja Inggris”. Jadi, kata “anglikan” berarti “Inggris”. Sekalipun dari arti nama dan pusat kegerejaan memang sangat berhubungan dengan daerah Inggris, tetapi gereja Anglikan ada di berbagai daerah lain.
Gereja Inggris menganggap dirinya sebagai bagian dari reformasi tetapi juga bersifat katolik, meskipun tidak sama dengan Gereja Katolik Roma. Reformasi dalam arti bahwa Gereja ini banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip Reformasi Protestan, dan menolak kewibawaan Paus. Katolik dalam arti bahwa Gereja ini memandang dirinya sebagai bagian dari 'garis yang sinambung dan tidak terputus dari "Gereja universal" yang mula-mula didirikan oleh para murid Yesus serta dari abad pertengahan, dan bukan merupakan suatu 'bentukan yang baru'. Dalam praktiknya, Gereja Anglikan bersifat campuran. Beberapa jemaatnya beribadah lebih mirip dengan Gereja Katolik Roma dibandingkan dengan kebanyakan Gereja Protestan. Namun di pihak lain, berbagai bentuk ibadah yang digunakan di sejumlah Gereja Anglikan lainnya sulit dibedakan dari Gereja-gereja Injil yang muncul dari Gerakan Reformasi.
Ø  Reformasi di bidang Politik
  Reformasi di Inggris sangat berhubungan dengan masalah politik. Kalau di negara lain para penguasa politik sekedar membantu reformasi, tetapi di Inggris peranan mereka lebih besar. Merekalah yang langsung terlibat dalam pemisahan relasi yang tegas dengan Gereja Katholik Roma. Situasi reformasi pun sangat dipengaruhi oleh sikap para penguasa terhadap gerakan tersebut. Jika pemimpin politik yang berkuasa mendukung reformasi maka gerakan ini pun akan berkembang. Sebaliknya jika seorang pemimpin politik tidak menyetujui gerakan ini maka akan ada penentangan dan penganiayaan terhadap para pemeluk reformasi. Reformasi ini dicetuskan oleh raja Henry VIII yang menginginkan pemisahan Gereja Inggris dengan Gereja yang ada di Roma namun diduga bahwa pemisahan ini adalah agar Raja Henry VIII dapat memuluskan langkahnya untuk menikahi Anne Boleyn.
            Ditemukan juga fakta bahwa :
Ø  Kekristenan masuk ke kepulauan Inggris pada abad ke-2.
Dalam beberapa konsili gereja kuno abad ke-4, ada perwakilan dari pemimpin gereja di Inggris.
Ø  Santo Patrik (390-461) membawa injil kepada orang-orang Irlandia.
Ø  Pada abad ke-6 terjadi kegerakan rohani di Inggris di bawah Santo Columbia dan Agustinus.
Ø  Selama Masa Kegelapan (sekitar abad ke-7 sampai ke-12) para pemimpin Kristen di Inggris dan Irlandia menyalin Alkitab dan berbagai tulisan bapa gereja sebagai salah satu cara untuk mempertahankan warisan budaya dan keagamaan. Hal dilakukan mengingat pada masa ini banyak terjadi wabah penyakit, kelaparan, kekafiran maupun pemusnahan. Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Anselmus (1033-1109) yang selalu diingat karena pembuktian rasionalnya terhadap eksistensi Allah dan slogannya yang populer “aku percaya supaya aku mengerti”.
Ø  Pada waktu kekristenan di Roma mencoba menjadikan diri sebagai pusat kekristenan, gereja Anglikan terus melancarkan protes. John Wycliffe (1329-1384) dan para pengikutnya (the Lollards) dipandang sebagai representasi dari gereja Anglikan. Jika kita melihat penelusuran historis di atas maka terlihat jelas bahwa kekristenan memang sudah ada di Inggris sebelum reformasi oleh Henry VIII.
 
Ø  Karateristik Gereja Anglikan:
Ø Pengunaan The Book of Common Prayer sebagai pedoman kesalehan hidup dan doktrin.
Ø Pengakuan terhadap The Thirty-nine Articles sebagai penjelasan doktrinal yang mewakili ajaran Anglikan.
Ø Ibadah yang mengikuti kalender gerejawi tahunan, pembacaan Mazmur dan Alkitab, penekanan pada doa dan ibadah yang responsif.
Ø Penekanan pada sakramen, terutama Perjamuan Kudus.
Ø Pengakuan terhadap Bishop/Uskup agung Canterbury sebagai pemimpin rohani.
Ø Keikutsertaan dalam Konferensi Lambeth setiap dekade.
 
v  Reformasi Inggris di bidang politik dipelopori oleh :
1. Henry VIII
 
Henry VIII berkuasa atas Inggris antara tahun 1509 sampai dengan 1547 dan menjadi raja Inggris paling terkenal dan kontroversial sepanjang masa. Salah satu hasrat terbesar dari Henry VIII adalah memiliki pewaris tahta seorang putera.Itulah yang membuatnya menghalalkan segala cara, termasuk dengan menikahi enam wanita yang berbeda. (Dua diantaranya, Anne Boleyn dan Katharine Howard dieksekusi atas perintahnya. Mereka dipenggal dengan tuduhan perzinahan dan incest).
Perceraian Henry dengan istri pertamanya, Katherine dari Aragon, membuatnya bersitegang dengan gereja Katolik yang menentang perceraian,sehingga dimulailah awal baru Kekristenan di Inggris yang terpecah dari agama.Katolik Roma pimpinan Sri Paus hingga saat ini. (Peristiwa ini juga menjadi pemicu perseteruannya dengan Sir Thomas More, yang diadili atas tuduhan pengkhianatan dan akhirnya dihukum mati.). Sementara itu, puteri Henry dengan Anne Boleyn, Elizabeth I, kelak menjadi salah satu pemimpin terbesar dan terlama monarki Inggris.    
Selain Henry VIII berkuasa atas Inggris antara tahun 1509 sampai dengan 1547 dan menjadi raja Inggris paling terkenal dan kontroversial sepanjang masa. Salah satu hasrat terbesar dari Henry VIII adalah memiliki pewaris tahta seorang putera.
      Itulah yang membuatnya menghalalkan segala cara, termasuk dengan menikahi enam wanita yang berbeda.
 
2. Edward VI
Edward menjadi raja pada saat usianya baru 9 tahun. Karena ia masih muda dan sakit-sakitan, ia didampingi oleh pamannya (saudara ibunya) Edward Seymour yang adalah seorang Protestan. Selama pemerintahan ini Edward mengeluarkan beberapa keputusan penting:
1.     Para rohaniwan diijinkan untuk menikah.
2.     The Act of Uniformity (1549) menetapkan untuk mengubah ibadah Latin yang lama dengan yang baru menurut buku Thomas Cranmer, The Book of Common Prayer, yang ditulis dalam bahasa Inggris.
3.  Thomas Cranmer mengeluarkan 42 pernyataan iman yang menjadi dasar gereja Inggris. Pernyataan ini sangat bernuansa Protestan.
3. Ratu Elizabeth I
Elizabeth I (lahir di Greenwich, England, 7 September 1533 – meninggal di Richmond, England, 24 Maret 1603 pada umur 69 tahun) adalah ratu Inggris dan Irlandia sejak 17 November 1558 sampai kematiannya. Pada 1558 saudara tirinya Mary yang beragama Katolik Roma memenjarakan dirinya selama hampir 1 tahun karena diduga membela pemberontakan Protestan.Setelah kematian Maria, ia digantikan oleh Elizabeth, anak Anne Boleyn. Sama seperti ayahnya, ia lebih berorientasi pada politik. Ia juga menyadari perlunya kedamaian antara agama bagi situasi politik, karena itu ia berusaha berdiri di tengah-tengah antara Protestan dan Katholik. Selama pemerintahannya ia menetapkan:
1.Act of Supremacy (1559) yang menjadikan dia sebagai kepala gereja dan negara.                                                                                                                 
2. Act of Uniformity yang kembali menetapkan buku Cranmer sebagai dasar liturgi.
3.42 pernyataan iman Cranmer diubah menjadi 39 pernyataan dan bahasanya diperhalus agar tidak terlalu menyinggung golongan Katholik.
 
Sering dijuluki Virgin Queen (karena tak pernah menikah), Gloriana, Good Queen Bess, dan Faere Queene, Elizabeth I adalah penguasa monarki keenam dan terakhir dari dinasti Tudor. Ibunya Anne Boleyn dieksekusi 3 tahun setelah ia dilahirkan atas tuduhan pengkhianatan terhadap raja.
 

Niat baik Martin Luther, yakni membarui kehidupan beragama seturut Roh Kristus dan Alkitab. Perubahan itu meliputi Doktrin dan struktur gereja. Sebenarnya, gereja Kristus tetap terbuka pada pembaruan, sehingga sejarah mencatat pembaruan-pembaruan yang telah terjadi dalam lintasan sejarah. Akan tetapi segera menjadi jelas, bahwasanya tidak ada pembaruan, sebab-sebab yang mendahului.
Dalam konteks ini dapatkah dikatakan, bahwa Reformasi Protestantisme kemudian mendorong gereja Katolik bereaksi? Lalu, apa salahnya jika gereja Katolik Roma membela diri, mengingat dirinya merasa terancam. Apalagi, pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari Reformasi Protestantisme sebagai gerakan itu sangat luas dan mendalam, justru karena mencakup berbagai bidang dan aspek kehidupan bermasyarakat, seperti misalnya politik, ekonomi, keagamaan, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Konflik antar kelompok dalam Greja Pro Martin Luther dan Kontra Martin Luther, atau Pro Greja yang dipimpin oleh Sri Paus dan Kontra Gereja yang dipimpin Sri Paus, muncul karena masing-masing memiliki kepentingan yang tidak terdamaikan. Berikut ini akan disoroti pembaruan-pembaruan yang terjadi di dalam Gereja Kristus, baik yang secara kronologis mendahulu Reformasi Luther, maupun yang mengiringi bahkan terjadi setelah Gereja Katolik mengekskomunikasikan Luther, juga sebelum Martin Luther akhirnya memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma.
 

            Ada dua istilah yang berbeda, namun keduanya saling berhubungan, yakni Reformasi Katolik dan Kontra Reformasi. Keduanya selain merupakan gerakan dalam gereja, juga merupakan reaksi terhadap Reformasi Luther (atau secara kronologis Reformasi Katolik muncul sesudah Reformasi Protestan). Tetapi juga benar bahwa kedua istilah tersebut mengungkapkan ketegangan yang terjadi di dalam Gereja yang muncul jauh sebelum tahun 1517 M. Berbagai pandangan berkenaan istilah-istilah tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.      Reformasi Katolik tidak dapat dilepaskan dari Reformasi Protestan, Reformasi Katolik semata-mata adalah akibat atau reaksi terhadap Reformasi Protestanisme. Ada sinyalemen yang memperlihatkan, bahwa hingga tahun 1517 M para pendukung pandangan ini tidak melihat usaha pihak Katolik sebagai lembaga untuk melakukan pembaruan dalam hidup menggereja.
2.      Para sejarahwan seperti Ludwig Van Pastor, Imbard de La Tour, Brenda Bolton membantah pandangan tersebut di atas. Mereka menegaskan bahwa di dalam Gereja Katolik ada prakarsa untuk memperbaharui diri. Gerakan pembaruan dalam Gereja Katolik Roma terutama dimotivasi oleh reformasi sekian banyak tarekat religius, selain ditempuh langkah-langkah praktis dan efisien demi menertibkan perilaku kaum rohaniawan, menegakkan disiplin gerejawi, pendidikan keagamaan dan kegiatan missioner.
3.      Sebelum Luther melancarkan gerakannya sudah ada dalam gereja Katolik gerakan yang spontan untuk mengadakan reformasi. Tetapi hasilnya tidak seberapa karena halnya sangat jarang dan terkadang tidak merupakan pembaruan yang serius dan mendalam. Ada kehendak yang sangat kuat untuk melakukan revitalisasi keagamaan dan kelembagaan Gereja, khususnya dalam tata pemerintahan Roma, yang sering kali tidak sadar dengan bahaya yang mengancam, lantaran sudah terlalu lama terjadi politik yang korup. Pusat resistensi terhadap reformasi adalah politik kepausan yang penuh nepotisme.
            Pada pokoknya, masalah Reformasi Katolik dan Kontra Reformasi dapat mengantar kita untuk memahami konteks lain, yakni masalah hubungan antara momentum karismatis dan momentum yuridis yang relatif saling berbenturan. Reformasi Katolik berhubungan dengan momentum karismatis dan yang pada umumnya memperlihatkan spontanitas dan kebugaran, tetapi halnya lebih terbatas. Sebaliknya Kontra Reformasi berkenaan dengan momentum yuridis, dan tampaknya memperlambat hasrat atau dorongan inisial, dan halnya menjamin stabilitas. Dalam arti ini, Reformasi Katolik tampaknya mengalami kekalahan, padahal sedang memperoleh kemenangan.
            Secara Kronologis, Reformasi Katolik berjalan beriringan, tetapi dengan semangat dan jalannya sendiri. Dapat dilihat dalam rincian sebagai berikut:
a.       Persekutuan kaum awam yang bertujuan ganda, yakni melakukan amal kasih kepada fakir miskin dan kebaktian pada sakramen ekaristi. Salah satu persekutuan yang paling menonjol adalah ordo cinta ilahi. Ordo ini tersebar dari kota Genova  sejak akhir abad XV. Ordo ini terdiri dari kaum awam, cardinal dan uskup.
b.      Munculnya ordo-ordo hidup bakti yang baru. Gerakan ini muncul setelah peristiwa 1517, dan sebagian terbesar bercorak Kontra Reformasi. Kendati demikian beberapa lembaga religius merupakan perkembangan logis dari konfraternitas awam: proses lahirnya lembaga-lembaga religius relatif lambat. Izin dari Takhta Suci (Paus) berkenaan dengan berdirinya pun baru muncul di kemudian hari. Sebenarnya banyak diantara lembaga ini yang tidak ada sangkut-pautnya dengan pembaruan keagamaan rintisan Luther. Serikat Yesus sendiri, yang lingkungan sejarahnya menjadi salah satu perisai gerakan Kontra-Reformasi, pada saat berdirinya tidak direncanakan untuk mengganyang Protestanisme, melainkan memenuhi panggilan yang berasal dari Tuhan untuk menyatakan karya Allah dan demi kemuliaan Allah yang semakin besar.
c.       Kelompok humanisme Kristen, yang menyibukkan diri dengan mempelajari Kitab Suci, dan karya-karya Bapa Gereja. Mereka ini juga melakukan peribadatan dengan rasa keagamaan yang mendalam; mempersatukan diri dalam berbagai bentuk devotio moderna.
 
Ø  Reformasi Katolik    
Istilah Reformasi Katolik sering dipakai untuk merujuk revitalisasi dari Katolisisme Roma dalam periode setelah pembukaan Konsili Trente (1545). Dalam karya-karya kesarjanaan yang terlebih dahulu, gerakan ini sering digambarkan sebagai Kontra Reformasi. Sebagaimana dikesankan oleh istilah itu, Gereja Katolik Roma mengembangkan cara-cara untuk memerangi reformasi Protestan dengan maksud membatasi pengaruhnya. Namun semakin jelas juga bahwa gereja Katolik Roma melawan reformasi dengan melakukan pembaruan atas dirinya sendiri untuk menyingkirkan alasan-alasan kritikan dari kaum Protestan. Dalam arti ini, gerakan itu merupakan suatu reformasi dari Gereja Katolik Roma sekaligus reaksi terhadap Reformasi Protestan.
Keprihatinan-keprihatinan yang sama terhadap Reformasi Protestan di Eropa bagian utara  disalurkan ke dalam pembaruan gereja Katolik Roma, khususnya di Spanyol dan Italia. Konsili Trente, bentuk yang paling menonjol dari Reformasi Katolik, menjelaskan pengajaran Katolik atas sejumlah masalah yang membingungkan dan mengintroduksikan lebih banyak lagi pembaruan yang diperlukan dalam hubungan dengan kelakuan dari kaum rohaniawan, disiplin gerejawi, pendidikan keagamaan dan kegiatan pekabaran Injil. Gerakan pembaruan dalam Gereja Katolik Roma terutama sekali dirangsang oleh reformasi dari banyak ordo Keagamaan yang lebih tua dan pendirian ordo-ordo yang baru (seperti Yesuit).
 
 
Ø  Lahirnya Ordo-ordo Baru
Munculnya gerakan Reformasi Katolik juga tidak dapat dilepaskan dari diterimanya Protestanisme oleh segala bangsa. Selain itu ada juga kecenderungan untuk melakukan reformasi secara internal, dikarenakan untuk mengobati kenyataan bahwa selama berabad-abad beberapa wilayah Gereja Katolik tidak memiliki imam dan Uskup yang berpendidikan baik, terlatih dan bermoral. Tanda-tanda awal pembaruan ini adalah munculnya ordo-ordo baru pada tahun 1520-an seperti ordo Capusin, Theatine, Barnabite, dan ordo Yesuit yang didirikan tahun 1534 oleh Ignatius Loyola. Reformasi-reformasi internal yang berkembang pada masa ini mendorong para pelaku reformasi untuk mencari dukungan otoritas kepausan dalam melakukan pembaruan kedisiplinan dan kehidupan rohani, yang mencapai keberhasilan pada konsili Trente tahun 1545.
Menjelang permulaan tahun 1500-an, jelas terlihat kalau beberapa aspek kehidupan Gereja dan lebih khusus lagi otoritas kepausan nyaris kehilangan kesalehan, kedisiplinan dan keteraturan. Gereja sungguh-sungguh perlu membersihkan diri dari berbagai bentuk korupsi selama abad pertengahan. Disamping itu kedekatan Gereja dengan otoritas kerajaan di banyak Negara Katolik menunjukkan bahwa kecil kemungkinan bagi Gereja untuk melakukan perubahan-perubahan konstruktif yang dapat membahayakan kepentingan otoritas-otoritas kerajaan. Oleh karena itu, upaya-upaya pertama dalam reformasi Gereja dilakukan oleh para anggota Gereja secara individual seperti yang dilakukan oleh uskup Agung Milan, yaitu Carolus Borromeus dan oleh berbagai ordo.
Tahun 1524, St. Gaetano dari Thiene dan Gian Pietro Caraffa (yang kemudian menjadi Paus Paulus IV) mendirikan ordo Thiatine di Roma. Nama ordo tersebut diambil dari nama Uskup Theate dan tujuan ordo tersebut adalah membenahi dan memberikan suntikan dan semangat baru bagi pada klerus. Anggota ordo ini menaati sumpah hidup miskin dan sejumlah peraturan yang ketat. Ordo tersebut berkembang pesat ke wilayah Italia, Spanyol, Prancis dan Portugal. Ordo Theatine juga menjalankan misi-misi awal kepausan ke beberapa wilayah di Indonesia.
Pada waktu yang hampir sama, ordo Barnabite didirikan untuk mengembangkan pendidikan, paroki dan karya misionaris. Ordo ini juga berupaya untuk memperdalam pemahaman ajaran Gereja Katolik mengenai misteri Ekaristi, sakramen yang sering diserang berbagai kritikan sejak awal Reformasi Protestan. Dengan demikian, Reformasi Gereja Katolik ditandai dengan devosi yang luar biasa terhadap ekaristi atau perjamuan Tuhan, sehingga tabernakel yang menyimbolkan Tubuh Tuhan menjadi pokok-pokok gereja Katolik.
       Ignatius Dari Loyola (1491- 1556) merupakan salah satu tokoh yang terkenal di bidang gerakan pembaruan katolik. Ignatius merupakan tentara Spanyol dibawah Raja Ferdinand. tdihantam peluru meriam sehingga harus mengakhiri karir militernya. Dalam proses penyembuhannya, ia menyempatkan dirinya untuk membaca sebuah buku tentang kehidupan Kristus, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjadi tentara Kristus. Diapun masuk ke biara di Manresa dan menyusun sebuah buku tentang latihan kehidupan rohani.
            Lalu dalam selang beberapa tahun, ia mendirikan perkumpulkan yang disebut Societa Jesu (Serikat Yesus) dari kumpulan ini akhirnya lahirlah ordo Jesuit. Salah satu anggota dari perkumpulan ini adalah Fransiskus Xaverius. Kelompok ini menekankan ketaatan kepada pemimpin dan paus, disiplin, efisiensi kerja, pendidikan, dan persiapan untuk masuk ke dalam pelayanan. Karena gerakan-gerakan inilah kelompok ini menjadi pemimpin dalam gerakan pembaruan katolik
 
 
Kesimpulan
      reformasi gereja merupakan sebuah upaya perbaikan tatanan kehidupan yang di dominasi oleh otokrasi gereja yang menyimpang. Reformasi gereja adalah sebuah upaya perbaikan dan kembali pada ajaran gereja yang lurus, gerakan reformasi berupa sikap kritis terhadap penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa.
      Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman dengan tokoh utamanyaMartin Luther. Mengapa terjadi di Jerman Martin Luther yang mempelopori keharusan adanya pembaharuan keagamaan. Ia adalah seorang pastor dan guru besar Universitas Wittenberg di Sachsen Jerman. Pada 1517 Martin Luther mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil yang kemudian ditempel di pintu Greja Wittenberg.
      Eksistensi kaum Lollards (pengikut John Wycliffe) yang tidak pernah habis dan terus-menerus menekankan otoritas Alkitab dan relasi pribadi dengan Kristus. Mereka menjadi para pengkhotbah awam yang sangat berpengaruh di masyarakat biasa. Tokoh-tokoh Pelopor Timbulnya Reformasi di Inggris. John Wycliff, Thomas Cranmer, Bentuk-bentuk Reformasi Inggris Reformasi Bidang Keagamaan (Anglikanisme), Reformasi di bidang Politik,

Sejarah Peradaban Bani Umayyah

  Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah 

Hasil gambar untuk gambar dinasti umayyah
a.     Situasi Politik Ummat Islam Sepeninggal ‘Ali ibn Abi Thalib
Pada saat ‘Ali r.a. menjabat sebagai khalifah, banyak terjadi pemberontakan. Diantaranya dari Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur di Damaskus, Siria) dan didukung oleh sejumlah mantan pejabat tinggi yang telah dipecat ‘Ali r.a. Disini timbul indikasi fitnah atau perang saudara karena Mu’awiyah menuntut balas bagi Utsman (keponakannya) dan atas kebijaksanaan-kebijaksanaan ‘Ali.Tatkala ‘Ali beserta pasukannya bertolak dari Kuffah menuju Siria, mereka bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di tepi sungai Eufrat atas, Shiffin (657).Terjadi lah perang yang disebut perang Shiffin. Perang ini tidak konklusif sehingga terjadi kebuntuan yang akhirnya mengarah pada tahkim atau arbitrase. Dalam majlis tahkim ini ada dua mediator atau penengah. Mediator dari pihak Ali adalah Abu Musa al-Asy’ari (gubernur Kuffah), sedangkan mediator dari pihak Mu’awiyah adalah ‘Amr ibn al-Ash. Namun tahkim pun tetap tidak menyelesaikan masalah.
Menurut Ibnu Khaldun, setelah fitnah antara ‘Ali – Mu’awiyah, jalan yang ditempuh adalah jalan kebenaran dan ijtihad. Mereka berperang bukan untuk menyebar kebatilan atau menimbulkan kebencian, tapi sebatas perbedaan dalam ijtihad dan masing-masing menyalahkan hingga timbul perang. Walaupun yang benar adalah ‘Ali, Mu’awiyah tidak melakukan tindakan berlandaskan kebatilan, tetap orientasinya dalam kebenaran.
Partai ‘Ali terpecah menjadi dua golongan, yaitu Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan ‘Ali sekaligus menentang tahkim) dan Syi’ah (para pengikut setia ‘Ali). Sementara itu, Mu’awiyah melakukan strategi dengan menaklukkan Mesir dan mengangkat ‘Amr ibn al-Ash sebagai khalifah di sana.
Jadi, di akhir masa pemerintahan ‘Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik; Mu’aiyah, Syi’ah, dan Khawarij. Kemunculan Khawarij semakin memperlemah partai ‘Ali, di sisi lain Mu’awiyah semakin kuat. Mu’awiyah memproklamirkan dirinya sebagai khalifah di Yerusalem (660). Kemudian ‘Ali wafat karena dibunuh oleh Ibn Muljam, salah seorang anggota Khawarij (661).
b.  Pengangkatan Hasan ibn ‘Ali sebagai Khalifah
          Setelah ‘Ali wafat, kursi jabatan kekhalifahan dialihkan kepada anaknya, Hasan ibn ‘Ali. Hasan diangkat oleh pengikutnya (Syi’ah) yang masih setia di Kuffah. Tetapi pengangkatan ini hanyalah suatu percobaan yang tidak mendapat dukungan yang kuat. Hasan menjabat sebagai khalifah hanya dalam beberapa bulan saja.
c.  Peralihan Kekuasaan dari Hasan ke Mu’awiyah
Di tengah masa kepemimpinan Hasan yang makin lemah dan posisi Mu’awiyah lebih kuat, akhirnya Hasan mengadakan akomodasi atau membuat perjanjian damai. Syarat-syarat yang diajukan Hasan dalam perjanjian tersebut adalah:
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah kurang lebih selam 90 tahun dari 661 M sampai 750 M dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan. Jabatan raja menjadi pusaka yang diwariskan secara turun-temurun dengan sistem monarkhi. Kekuasaan Dinasti Umayyah dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abu Sufyan, yaitu setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib (Khulafaur Rasyidin yang terakhir). Kemudian orang-orang Madinah membaiat Hasan bin Ali namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi’ah. Namun Hasan bin Ali memberikan jabatan tersebut disertai dengan beberapa syarat atau lebih dikenal dengan perjanjian Madain yang isinya diantaranya adalah :
1.      Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap penduduk Irak
2.      Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun
3.      Muawiyah harus membayar Husain sebesar 2 juta dirham
4.      Pemilihan atau pengangkatan khalifah selanjutnya harus diserahkan kembali kepada musyawarah kaum muslimin
Dengan adanya perjanjian ini maka berakhirlah masa kekuasaan Khulafaur Rasyidin dan menandai masa berdirinya kekuasaan Dinasti Umayyah. Adapun nama-nama khalifah yang pernah memimpin di daerah pemerintahan pusat yaitu Damaskus, diantaranya adalah:
1.      Muawiyah I bin Abu Sufyan (41-61 H / 661-680 M)
2.      Yazid I bin Muawiyah (61-64 H / 680-683 M)
3.      Muawiyah II bin Yazid (64-65 H / 683-684 M)
4.      Marwan I bin al-Hakam (65-66 H / 684-685 M)
5.      Abdul-Malik bin Marwan (66-86 H / 685-705 M)
6.      Al-Walid I bin Abdul-Malik (86-97 H / 705-715 M)
7.      Sulaiman bin Abdul-Malik (97-99 H / 715-717 M)
8.      Umar II bin Abdul-Aziz (99-102 H / 717-720 M)
9.      Yazid II bin Abdul-Malik (102-106 H / 720-724 M)
10.  Hisyam bin Abdul-Malik (106-126 H / 724-743 M)
11.  Al-Walid II bin Yazid II (126-127 H / 743-744 M)
12.  Yazid III bin al-Walid (127 H / 744 M)
13.  Ibrahim bin al-Walid (127 H / 744 M)
14.  Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira) (127-133 H / 744-750 M
B.    Masa Kejayaan Dinasti Umayyah I
Pemindahan ibukota dari Madinah ke Damaskus melambangkan zaman imperium baru dengan menggesernya untuk selama-lamanya dari pusat Arabia, yakni Madinah yang merupakan pusat agama dan politik kepada sebuah kota yang kosmopolitan. Dari kota inilah daulat Umayyah melanjutkan ekspansi kekuasaan Islam dan mengembangkan pemerintahan sentral yang kuat, yaitu sebuah imperium Arab.
Selama berkuasa, Dinasti Umayyah terus melakukan perluasan wilayah hingga daerah kekuasaannya meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah.Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan perluasan wilayah yang terhenti pada masa khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan menaklukan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium dan Konstantinopel. Ada tiga hal yang menyebabkan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium, diantaranya adalah :
1.  Byzantium merupakan basis kekuatan agama Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat membahayakan Islam.
2.   Orang-orang Byzantium sering mengadakan pemberontakan ke daerah-daerah Islam
3.   Byzantium termasuk wilayah yang memiliki kekuasaan yang melimpah
Sedangkan ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko (maghrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa.
Selain wilayah kekuasaan yang sangat luas, di masa Dinasti Umayyah ini kebudayaan juga mengalami perkembangan, antara lain seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir dan lain sebagainya. Pada masa ini telah banyak bangunan hasil rekayasa umat islam dengan mengambil pola Romawi, Persia dan Arab. Salah satu dari bangunan itu adalah Masjid Damaskus yang dibangun pada masa pemerintahan Walid bin abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di Cordova yang terbuat dari batu Pualam.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, filsafat, astronomi, geografi, sejarah, bahasa dan sebagainya. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan antara lain, Damaskus, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Cordova, Granada dan lain-lain, dengan masjid sebagai pusat pengajarannya, selain madrasah atau lembaga pendidikan yang ada.
Dinasti Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tentu yang menyediakan kuda lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang. Spesialisasi jabatan Qadhi atau hakim yang berkembang menjadi profesi tersendiri. Abdul Malik bin Marwan mengubah mata uang Byzantium dan Persia dengan mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M yang memakai kata-kata dan tulisan Arab, kemudian melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Pada masa Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) banyak membangun panti-panti untuk orang cacat, jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
1.  Diwan
Perkataan diwan, sebagaimana ditulis Ibn Khaldun, berasal dari bahasa Persia “diwanah” yang berarti catatan atau daftar. Nama ini kemudian berkembang menjadi untuk digunakan sebagai tempat di mana diwan disimpan. Agar lebih praktis, nama ini disingkat menjadi diwan. Diwan ini, di kalangan orang Arab didirikan pertama kali didirikan oleh Umar bin Khattab, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Pada masa bani Umayah, menurut Hasan Ibrahim Hasan, diwan yang didirikan terbatas pada empat diwan penting, yaitu Diwan Pajak, Diwan Persuratan, Diwan Penerimaan dan Diwan Stempel di samping ada juga diwan lain yang posisinya berada di bawah keempat di atas seperti diwan yang mengatur keperluan polisi dan tentara.
2.    Barid
Karena luasnya wilayah kekuasaan Islam sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, pada masa bani Umayah sejak khalifah Mu’awiyah telah dibentuk suatu badan atau lembaga yang pada masa sekarang dikenal dengan nama Kantor Pos, yang bertugas mengantarkan surat-surat maupun dokumentasi penting lainnya ke suatu wilayah, terutama dalam pemerintahan Islam. Lembaga ini disebut dengan Barid yang telah dijalankan oleh para kaisar Persia dan Romawi pada waktu itu. Oleh karena itu, mengenai sebutan Barid ini ada yang mengatakan bahwa ia berasal dari bahasa Persia, baridah yang berarti yang dipotong ekornya, karena orang-orang Persia biasa memotong ekor kuda yang dipergunakan sebagai barid agar bisa dibedakan dengan hewan tunggangan lainnya. Dalam bahasa Arab sendiri,barid mengandung arti jarak yang ditempuh sejauh 12 mil yang kemudian berkembang dan dipergunakan untuk nama utusan.
Abdul Malik bin Marwan, khalifah ketiga bani Umayah (685-705 M.), karena pentingnya Barid ini dalam jalannya roda pemerintahan, berpesan agar tidak menahan petugas Barid yang datang untuk menemuinya baik siang maupun malam, karena jika hal itu terjadi, berarti pekerjaan suatu wilayah telah hancur selama satu tahun lamanya.

3.    Kepolisian
Pada masa Bani umayah kepolisian mengalami perkembangan. Berbeda dari masa-masa sebelumnya, pada masa ini terutama pada pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (102-125H.) ketika dimasukkan seorang kepala yang berwewenang meneliti tindakan-tindakan militer dan dianggap sebagai penengah antara wewenang kepala polisi dan komandan militer.
Pada masa ini markas kepolisian bertambah menjadi dua setelah Shalih bin Ali Al Abbasi mendirikan Darussyurthah Al ‘Ulya, suatu markas kepolisian yang berlokasi di Al Mu’askar pada 132 H. setelah sebelumnya telah didirikan pula Darussyurthah As Sufla, yang berlokasi di Fusthat.

4.    Angkatan Perang
Dalam masalah angkatan perang, bani Umayah melanjutkan apa yang telah dilakukan Umar bin Khattab yang telah membentuk Diwan Tentara yang bertugas megidentifikasi nama-nama, sifat-sifat, gaji dan pekerjaan mereka dan mengembangkannya dengan mengadopsi sistem Ta’biah dari orang-orang Persia, yaitu membagi para tentara menjadi lima kesatuan. Lima kesatuan ini, sebagaimana diuraikan Hasan Ibrahim Hasan terdiri dari Jantung Tentara karena berada di bagian tengah kesatuan, Kesatuan Kanan karena di sebelah kanan, Kesatuan Kiri karena posisinya di sebelah kiri, Kesatuan Pendahuluan, yaitu para penunggang kuda yang berada di depan dan Kesatuan Pengiring yang berada di belakang kesatuan.
Salah satu perkembangan dalam bidang angkatan perang ini adalah dibuatnya pabrik kapal laut pada tahun 54 H. setelah serangan yang dilancarkan oleh tentara Romawi yang menyebabkan banyak kaum muslimin yang gugur. Berkenaan dengan angkatan laut Islam ini, Hasan Ibrahim Hasan menyatakan bahwa bangsa Arab dalam cara berperang di laut pada mulanya meniru bangsa Byzantium. Namun, pada perkembangannya kemudian merekalah yang menjadi guru bangsa Eropa dalam bidang ini. Kenyataan ini seperti ditunjukkan dalam istilah-istilah kelautan yang berasal dari bahasa Arab dan masih dipergunakan hingga sekarang.

5.    Peradilan
Pada masa bani Umayah, sebagaimana sebelumnya, para hakim yang diangkat adalah orang-orang pilihan yang sangat takut kepada Allah Swt dan adil dalam menetapkan suatu keputusan. Perkembangan yang terjadi adalah bahwa pada masa ini keputusan-keputusan hakim sudah mulai dicatat. Hasan Ibrahim Hasan mengatakan bahwa Salim bin Anas adalah hakim pertama pada masa bani Umayah yang melakukan pencatatan ketetapan hukum.
Selain itu, peradilan pada masa bani Umayah dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu Al Qadla’, yaitu peradilan yang menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama, Al Hisbah, yang mengurus masalah-masalah pidana dan Al Mazhalim, yaitu lembaga tertinggi yang mengadili para pejabat tinggi dan hakim-hakim. Yang terakhir ini juga dipergunakan untuk menyelesaikan perkara-perkara yang belum tuntaspada pengadilan Al Qadla’ dan Al Hisbah (pengajuan banding). Pengadilan pada Al Mazhalim ini memiliki tingkat kepentingan yang sangat tinggi sehingga, sebagaimana ditulis Hasan Ibrahim Hasan, setiap persidangan pada Al Mazhalim harus dihadiri oleh lima kelompok persidangan, mereka adalah para pembela dan pembantunya, para hakim penasehat, para ahli fikih, para sekretaris dan para saksi.

C.    Masa Keruntuhan dan Kehancuran Dinasti Umayyah I
Meskipun keberhasilan banyak dicapai daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, yaitu Yazid bin Muawiyah. Dan kemudian Muawiyah bin Abu Sufyan dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian kepemimpinan diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Ketika Yazid bin Muawiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Muawiyah kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husain bin Ali Ibnul Abu Thalib dan Abdullah bin Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-Yahudi) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali, dan menghasut Husain bin Ali melakukan perlawanan. Husain bin Ali sendiri juga dibaiat sebagai khalifah di Madinah, Pada tahun 680 M, Yazid bin Muawiyah mengirim pasukan untuk memaksa Husain bin Ali untuk menyatakan setia, Namun terjadi pertempuran yang tidak seimbang yang kemudian hari dikenal dengan Pertempuran Karbala, Husain bin Ali terbunuh, kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala sebuah daerah di dekat Kufah. Kelompok Syi’ah sendiri bahkan terus melakukan perlawanan dengan lebih gigih dan diantaranya adalah yang dipimpin oleh Al-Mukhtar di Kufah pada 685-687 M. Al-Mukhtar (yang pada akhirnya mengaku sebagai nabi) mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali (yaitu umat Islam bukan Arab, berasal dari Persia, Armenia dan lain-lain) yang pada masa Bani Umayyah dianggap sebagai warga negara kelas dua. Namun perlawanan Al-Mukhtar sendiri ditumpas oleh Abdullah bin Zubair yang menyatakan dirinya secara terbuka sebagai khalifah setelah Husain bin Ali terbunuh. Walaupun dia juga tidak berhasil menghentikan gerakan Syi’ah secara keseluruhan. Selain itu masih banyak gerakan-gerakan oposisi lainnya yang dapat diredakan. Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M). Meskipun masa pemerinahannya sangat singkat, dia berhasil membina hubungan baik dengan kaum Syi’ah. Dia juga memberi kebebasan beragama dan beribadah sesuai kepercayaan yang diyakini masing-masing orang. Pajak diperingan dan kedudukan Mawali disejajarkan dengan muslim Arab.
Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz , khalifah selanjutnya adalah Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M) yang sangat menyukai kemewahan sehingga kurang memperhatikan kehidupan rakyat sehingga masyarakat menyatakan kofrontasi yang berlanjut hingga pemerintahan khalifah Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Bahkan pada masa ini muncullah kekuatan baru dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali yang nantinya mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantinya dengan dinasti baru, Dinasti Abbasiyyah.
Sepeninggal Hisyam bin Abdul Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah tidak hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposisi. Akhirnya pada tahun 750 M, Daulah Bani Umayyah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad khalifah terakhir Bani Umayyah melarikan diri ke Mesir, kemudian ditangkap dan dibunuh disana.
Faktor-faktor penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah :

1.  Pergantian khalifah mengalami penyelewengan dari system musyawarah Islam diganti dengan system kerajaan.
2.  Latar belakang terbentuknya Dinasti Umayyah tidak lepas dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali.
3.  Adanya pertentangan antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang makin meruncing.
4.  Menyalahi perjanjian Madain antara Muawiyyah dan Hasan bin Ali.
5.  Pengangkatan putra mahkota lebih dari satu.
6.  Pemerintahan yang korup, boros dan bermewah-mewah dikalangan istana.
7.  Memecat dan mengganti orang-orang dalam jabatannya dengan orang-orang yang disukai saja padahal pengganti itu tidak ahli.
8. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan agama sehingga menimbulkan pergolakan dari golongan agama.
9.  Munculnya kekuasan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Munthalib kekuasaan Dinasti bani Abbasiyyah.

D.    Kronologi Dinasti Umayyah
1.      Tahun 661 M- Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan Bani Ummayyah.
2.      Tahun 670 M- Perluasan ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.
3.      Tahun 677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmiz. Serangan ke Konstantinopel.
4.      Tahun 680 M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki takhta. Peristiwa pembunuhan Husain.
5.      Tahun 685 M- Khalifah Abdul-Malik menegaskan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
6.      Tahun 700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara.
7.      Tahun 711 M- Penaklukan Spanyol, Sind dan Transoxiana.
8.      Tahun 713 M- Penaklukan Multan.
9.      Tahun 716 M- Serangan ke Konstantinopel.
10.  Tahun 717 M- Umar bin Abdul-Aziz menjadi khalifah. Reformasi besar-besaran dijalankan.
11.  Tahun 725 M- Tentara Islam merebut Nimes di Perancis.
12.  Tahun 749 M- Kekalahan tentara Ummayyah di Kufah, Iraq terhadap tentara Abbasiyyah.
13.  Tahun 750 M- Damsyik direbut oleh tentara Abbasiyyah. Kejatuhan Kekhalifahan Bani Ummaiyyah.
14.  Tahun 756 M- Abdurrahman Ad-Dakhil menjadi khalifah Muslim di Kordoba. Memisahkan diri dari Abbasiyyah.




   Kesimpulan
       Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah tahun 661 M dan berkuasa selama lebih kurang 90 tahun dengan Damaskus sebagai ibu kotanya. Muawiyyah mendapatkan kekuasaannya setelah adanya perjanjian Madain dengan Hasan bin Ali.
Selama berkuasa kemajuan yang dicapai meliputi hamper segala bidng seperti dalam bidang pembangunan masjid dan tatanan kota yang sangat maju dan modern. Tidak hanya ilmu agama, ilmu pengetahuan umum juga berkembang pesat. Luasnya wilayah kekuasaan yang meliputi tiga benua, yakni Asia Tengah, Eropa dan Afrika Utara. Selain itu didirikan juga pos-pos yang menyediakan kuda lengkap disepanjang jalan, menertibkan angkatan bersenjata, mengganti mata u`ng Byzantium dan Persia dengan mencetak mata uang tersendiri yang memakai kata dan tulisan Bahasa Arab pada tahun 659 M. Memberlakukan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam, membangun panti-panti untuk orang cacat, membangun jalan raya, pabrik-pabrik, gedung-gedun pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Faktor-faktor penyebab runtuhnya Daulah Bani Umayyah :
1.  Pergantian khalifah dari sistem musyawarah menjadi sistem kerajaan
2.  Konflik-konflik politik dan pertentangan antar suku yang memuncak
3.  Pemerintahn yang korp, boros dan bermewah-mewahan di kalangan istana
4.  Lemahnya para khalifah dalam memimpin pemerintahan sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat
5.  Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh Al-Abbas ibn Abdul Mutholib yakni kekuasaan Dinasti Abbasiyyah
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks. Tapi pada abad 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke 12 M , tibalah saatnya masa keruntuhan Islam.